Belajar Dari Kisah Nabi Nuh: Menghadapi Ujian dengan Sabar
Membaca kisah tentang Nabi Nuh AS memberikan kita banyak pelajaran, terutama tentang kesabaran dan sifat rendah hati. Nabi Nuh AS begitu sabar diuji oleh istri dan anaknya, bahkan dikhianati oleh mereka berdua.
Nabi Nuh AS diutus oleh Allah SWT kepada kaum raja Damarsyil. Kaum ini menempati wilayah di sekitar Sungai Tigris dan Eufrat. Sang raja bukanlah raja yang baik karena ia sangat boros, melanggengkan judi, minuman keras, bahkan penyembahan berhala dengan kurban.
Masyarakat hidup bergelimang dosa dan mudarat. Uang-uang dihamburkan hanya untuk membuat rumah berhala dan melakukan persembahan yang berlebihan. Sifat Raja Damarsyil pun sangat buruk. Ia adalah raja yang egois dan hanya mementingkan diri sendiri.
Nabi Nuh AS berdakwah kepada umatnya untuk meninggalkan kebiasaan buruk itu dan bertakwa kepada Allah SWT. Namun, ia malah mendapatkan penolakan dan olok-olok. Ia berdakwah selama ratusan tahun, tetapi orang-orang di sana tidak kunjung berubah.
Nabi Nuh, Diuji oleh Istri dan Anaknya
Ujian Nabi Nuh AS menjadi sangat berat karena penolakan tidak hanya terjadi dari masyarakat, tetapi juga dari anak dan istrinya.
Istrinya tidak mau mengikuti apa yang dikatakan oleh Nabi Nuh AS dan terus terjerumus ke dalam perbuatan hedon yang buruk. Ia juga melakukan pemuliaan yang berlebihan kepada berhala.
Bahkan, istri Nabi Nuh lebih menuruti perkataan orang lain yang zalim ketimbang suaminya sendiri. Di dalam Islam, apabila suami mengajak kepada kebaikan, istri harus menurut dan tidak boleh membangkang.
Hal yang sama terjadi pada anak Nabi Nuh, Kan’an. Ia juga mengikuti perilaku buruk masyarakat di sana bahkan melawan ayahnya sendiri.
Akhir Dakwah Nabi Nuh dan Bahtera Nuh
Perilaku masyarakat di sana sudah tak dapat ditoleransi lagi. Pada akhirnya, mereka memang sudah tidak bisa diubah. Nabi Nuh AS pun pasrah kepada Allah SWT dan Allah SWT pun berfirman kepadanya bahwa akan datang azab kepada kaum tersebut.
Nabi Nuh dan umat yang menuruti ajarannya pun membuat kapal. Dalam prosesnya, Nabi Nuh dihina dan ditertawakan oleh orang-orang. Mereka menganggap bahwa Nabi Nuh gila. Namun, beliau tetap melanjutkan pekerjaannya dan tidak mengindahkan penghinaan mereka. Setelah itu, para pengikut Nabi Nuh AS masuk ke dalam kapal, begitu juga dengan hewan-hewan. Mereka masuk berpasang-pasangan.
Keesokan paginya, banjir besar datang dan menerjang tempat itu. Orang-orang tidak sempat menyelamatkan diri dan pada saat itu, mereka baru menyadari bahwa apa yang diucapkan oleh Nabi Nuh AS benar adanya.
Pada saat kapal mengarungi air bah, Nabi Nuh melihat Kan’an, sang anak, tengah mengapung dengan sebatang kayu.
Ia pun berkata kepada anaknya untuk segera naik ke kapal, tetapi tidak diindahkan sama sekali.
Dengan pongah, sang anak berkata bahwa ia akan mencari perlindungan di gunung seperti orang lain. Namun, air bah rupanya naik hingga ke gunung, menyisakan Nuh dan kaumnya serta hewan-hewan yang ikut di dalam kapal. Mereka pun menemukan daratan baru, kemudian melanjutkan hidup yang baik di sana.
Kesabaran Nabi Nuh benar-benar patut buat kita renungkan. Dibenci oleh banyak orang masih tidak menyakitkan jika dibenci dan dikhianati oleh keluarga sendiri. Namun, Nabi Nuh AS tetap sabar, tidak pernah marah, dan selalu percaya kepada Allah SWT.
Itulah kisah Nabi Nuh AS yang diuji oleh istri dan anaknya. Meneladani Nabi Nuh AS, kita harus senantiasa bersabar, tidak mudah terpengaruh oleh hal buruk, dan juga selalu berada di jalan yang benar.