Menolong bagi seorang muslim menjadi perbuatan yang mulia. Banyak ceramah, nasehat bijak, hingga khotbah dari para ulama yang menyerukan tindakan tolong menolong. Bahkan, lantaran terlalu sering, kepekaan atas pentingnya tolong menolong justru menurun.
Tolong menolong jadi hal yang dipandang biasa, tidak lagi punya keistimewaan. Padahal, agama kita memandang tindakan ini sebagai suatu keutamaan. Apa saja keutamaan sikap tolong menolong dalam Islam? Simak penjelasan selengkapnya di sini.
Menolong Orang yang Kesusahan
Al-Quran menyebutkan manusia adalah ahsanu taqwim, makhluk yang diciptakan dalam bentuk terbaik. Keistimewaan manusia ada pada bentuk fisik, panca indera, serta akal pikiran yang mendorongnya untuk menjalani hidup penuh makna.
Salah satunya adalah dengan bersikap baik kepada orang lain. Manusia sebagai makhluk hidup dan juga makhluk sosial ditakdirkan hidup berdampingan dan membutuhkan orang lain dan lingkungan sekitarnya.
Maka, menolong menjadi perbuatan yang utama. Al-Quran dan hadis berkali-kali mengulang pentingnya menolong, seperti yang diungkapkan Abu Hurairah RA tentang sabda Nabi Muhammad SAW:
“Barang siapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dan seorang Mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat.”
Atau hadis lain yang juga banyak jadi rujukan saat bicara tindakan tolong menolong.
Dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad Saw. bersabda,
“Siapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Siapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan, maka Allah memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat. Siapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allah akan menutup (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya. (HR Muslim).
Apa yang dapat kita tangkap dari kedua hadis di atas?
Allah seolah-olah hadir di balik mereka yang mengalami kesulitan. Siapa pun yang mau menolong orang-orang tersebut, Allah akan memberi balasan setimpal. Secara lisan Allah juga berjanji mempermudah dan menolong orang yang berniat dan mau menolong hamba-Nya.
Pernah mendengar pernyataan “Allah hadir di tengah-tengah orang susah?”
Hal tersebut benar jika kita melihat lagi hadis di atas. Kalimat akhir hadis kedua mengindikasikan sinyal begitu sayangnya Allah terhadap orang-orang susah. Maka, Ia berjanji akan menolong para penolong orang susah.
Dapat disimpulkan bagaimana suatu kebaikan akan mengalir menuju kebaikan lain. Saat kita memberi bantuan kepada orang lain, bukan mustahil kebaikan itu kembali pada diri kita. Semua karena Allah melihat apa yang kita perbuat benar-benar tulus.
Kedudukan Istimewa
Lalu, bagaimana Allah menempatkan seorang muslim yang suka mengulurkan tangannya kepada orang lain?
Tentu Allah akan memberikan kedudukan istimewa di sisi-Nya. Alkisah, saat ada seorang laki-laki mendatangi Rasulullah dan bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa sebenarnya orang yang paling dicintai Allah? Seperti apa amalan yang paling dicintai Allah?”
Rasulullah kemudian menjawab demikian:
“Orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain. Dan perbuatan yang paling dicintai Allah adalah memberi kegembiraan seorang mukmin. menghilangkan salah satu kesusahannya, membayarkan hutangnya, atau menghilangkan rasa laparnya. Dan aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi kebutuhannya itu lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid Nabawi selama sebulan.” (HR ath-Thabrani)
Siapa yang tidak ingin dicintai oleh Sang Maha Mencintai, bukan? Bagaimanapun memperoleh cinta Allah jadi anugrah terbesar yang ingin dimiliki setiap umat. Lihat bagaimana dalam Islam keutamaan menolong dinilai lebih istimewa. Artinya, hubungan kita dan Allah juga ditentukan oleh hubungan kita dengan sesama.
Kesalehan seseorang secara sosial sejalan dengan sikap Allah mencintai hamba-Nya. Bahkan, Rasulullah sendiri menilai menolong orang dan bermanfaat bagi orang lain lebih unggul daripada beri’tikaf selama sebulan di Masjid Nabawi.
Mari kita tanyakan kembali pada diri sendiri, sudahkah kita menjadi sosok yang patut memperoleh kedudukan istimewa itu?
Dimulai dari Hal-hal Kecil
Menolong tidak selalu berurusan dengan sesuatu yang besar. Menolong dapat dimulai dari hal-hal kecil yang kita lakukan sehari-hari. Jangan muncul pikiran bahwa membantu orang lain maka kita harus dimampukan lebih dahulu karena tolong menolong tidak melulu berkaitan dengan harta benda.
Coba perhatikan sekitar kita, apakah ada keluarga, tetangga, atau teman yang membutuhkan bantuan. Cermati juga apa yang benar-benar mereka butuhkan sehingga pertolongan yang kita berikan tepat sasaran.
Contoh, mempersilakan orang lanjut usia atau ibu hamil untuk duduk saat naik kendaraan umum. Membeli dagangan nenek yang terlihat sepi pembeli juga perbuatan mulia. Sama baiknya dengan menghibahkan pakaian layak pakai kepada tetangga yang mengalami musibah kebakaran atau menyumbangkan buku bacaan ke panti asuhan.
Demikian keutamaan menolong bagi orang muslim berdasarkan beberapa hadis yang telah dikenal. Jangan sampai kepekaan kita memudar karena terlalu sibuk dengan diri sendiri. Ingatlah bahwa menolong juga bagian dari ibadah kita kepada Allah SWT.